RSS

Tragedi Holocaust "BOHONG BESAR"


Tragedi Holocaust "BOHONG BESAR"

Tragedi HOLOCAUST ternyata hanya konspirasi 

A. Ketika Gerakan AntiSemit Mempertanyakan Kebenaran

Israel mengklaim bahwa lebih dari enam juta orang Yahudi tewas pada masa kekejaman HITLER dan pasukan Nazinya yang menguasai EROPA. Orang - orang Yahudi ditangkap dan dipenjarakan dalam kamp-kamp konstentrasi JERMAN. Mereka dibiarkan kelaparan, disiksa, dan dijadikan kelinci percobaan senjata kimia buatan para ahli JERMAN. Propaganda inilah yang menjadi keyakinan masyarakat dunia sejak lama.
Hingga kemudian seorang AHMADINEJAD (Presiden Iran) muncul dan berkata "HOLOCAUST itu sebuah kebohongan besar !!!".


Tidak hanya pemimpin Iran itu saja yang yakin bahwa ISRAEL telah merekayasa jumlah Yahudi yang menjadi korban NAZI, tetapi presiden Venezuela juga membantah keras klaim 6 juta orang yang selaman ini dipercaya. Keduanya yakin bahwa angka tersebut hanya bentuk propaganda ISRAEL untuk mencari simpati dunia agar melupakan kekejaman dan penjajahan ISRAEL sendiri terhadap negara - negara Islam di Timur Tengah, khususnya PALESTINA. Hal ini juga merupakan strategi Israel agar dunia merasa berhutang kepada bangsa YAHUDI. Terbukti bahwa Israel merupakan negara penerima bantuan paling banyak dari raksasa ekonomi dan teknologi internasional.

B. Penyelidikan Berujung Penjara

Para penentang holocaust biasanya disebut sebagai "revisionis". Mereka aktif melakukan penyelidikan kebenaran peristiwa kelam holocaust, meskipun telah ada ancaman dari sepuluh negara EROPA bagi siapa saja yang meragukan kebenarannya. Mereka akan dituduh ANTISEMIT dan akan ditangkap dan dipenjarakan di sejumlah negara, termasuk PRANCIS, POLANDIA, AUSTRIA, SWISS, BELGIA, RUMANIA, dan bahkan JERMAN sendiri.

Presiden Palestina terpilih, Dr. MAHMOUD ABBAS, dalam disertasinya meragukan kebenaran keberadaan kamar gas yang digunakan untuk membunuh orang - orang YAHUDI. Ia mengatakan bahwa angka korban YAHUDI yang terbunuh tak lebih dari 1 juta orang, bukan 6 juta.

Tak hanya itu, dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal kebenaran holocaust, seperti ROGER GARAUDY (pengarang asal PRANCIS), Prof. ROBERT MAURISSON (ilmuwan asal INGGRIS), ERNST ZUNDEL (tokoh revisionis asal JERMAN), dan DAVID IRVING (ahli sejarah asal INGGRIS). Ironisnya, hampir semua dinyatakan bersalah dan dijebloskan ke dalam penjara. Contohnya pada peristiwa 15 Februari 2007 yang menimpa ERNST ZUNDEL yang mengakibatkan dirinya dipenjara selama 5 tahun.

Herbert Shaller, pengacara yang mewakilinya mengatakan bahwa semua bukti tentang adanya holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya, dan bukan berdasarkan fakta yang jelas. Kemudian pada tahun 1964, Paul RASSINER, korban holocaust yang selamat, menerbitkan buku memoar berjudul "THE DRAMA OF EUROPEAN JEWS" yang mempertanyakan apa yang diyakini dari holocaust selama ini. Ia mengklaim dalam bukunya bahwa tidak ada kebijakan pemusnahan massal oleh NAZI terhadap YAHUDI, tak ada kamar gas, dan jumlah korban tak sebanyak itu.

Sementara itu, tentang tragedi di AUSCHWITZ, ROBERT FAURISSON, seorang profesor literatur dari UNIVERSITY OF LYONS mengkalim bahwa penyakit tifuslah yang membunuh para tawanan, bukannya kamar gas. Pernyataan ini semakin diperkuat dengan penyelidikan teknis seorang ahli konstruksi dan instalasi  alat eksekusi dari USA, FRED LEUCHTER. FRED pergi ke AUSCHWITZ untukk melakukan penyelidikan dan mengetes tempat itu. Kesimpulan dari penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa kamar gas di AUSCHWITZ memang ada, tapi tidak mungkin digunakan untuk membunuh orang.

Jadi sungguh aneh tidak ada jejak - jejak catatan tertinggal yang dapat membuktikan kebenaran pemusnahan orang - orang YAHUDI oleh HITLER dan tentaranya. Jika memang benar angka genosida sebanyak itu (6 juta orang), tentunya akan ada kecaman yang terdata dari PAUS, ORGANISASI PALANG MERAH, atau pemimpin - pemimpin dunia ketika itu.

SUMBER : 151 KONSPIRASI DUNIA PALING GILA DAN MENCENGANGKAN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment