Penyerangan terhadap Pearl Harbor sengaja dibiarkan terjadi oleh Roosvelt yang di duga telah mengetahui rencana serangan tersebut. Sang presiden memang sudah 'gatal' untuk turut serta dalam perang pasifik.
A. Alasan AS Terjun Dalam Perang Dunia II
Pada 7 Desember 1941, armada laut dan udara Jepang mengebom armada Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor, Hawaii secara tiba-tiba pada minggu pagi. Dimana pasukan AS sedang terlelap dan sistem persenjataan tidak disiagakan. Hasil serangan ini ialah rusaknya atau tenggelamnya lebih kurang 20 kapal tempur AS, rusaknya 188 pesawat terbang, dan 2403 korban jiwa. Di pihak Jepang sendiri hanya kehilangan 55 pesawat tempur yang dipakai. Serangan secara tiba-tiba tanpa maklumat perang inilah yang menjadi alasan kongres AS menyetujui usul Presiden Roosvelt untuk berperang dengan Jepang yang menandai terjunnya AS dalam perang dunia II.
Banyak teori yang mengatakan bahwa penyerangan terhadap Pearl Harbor sengaja dibiarkan terjadi oleh Roosvelt yang diduga telah mengetahui rencana serangan tersebut. Sang presiden yang memang sudah 'gatal' untuk turut serta dalam Perang Pasifik. Sebab, kongres AS selama ini menahan diri untuk tidak ikut berperang. Namun akhirnya, mereka menyetujui usulan sang presiden ketika terjadinya peristiwa Pearl Harbor.
Teori konspirasi mengatakan bahwa Roosvelt bernafsu untuk ikut membagi-bagi wilayah rampasan perang yang kaya akan sumber daya alam dan sumber energi. Demikian pula ambisi untuk menggerakan industri persenjataan militer yang mereka miliki. Dugaan ini menguat dengan ketiadaan kapal induk utama AS di Pearl Harbor, yaitu USS Enterprise dan USS Lexington. Faktanya, hanya 60 hari berselang, armada AS sudah pulih total dan bersiaga menggempur Jepang di Pasifik. Padahal, Jepang memprediksi armada AS baru akan pulih setelah delapan bulan pascagempuran di Pearl Harbor.
B. Pembalasan Yang Lebih Kejam
Secara diam-diam, AS berkerjasama dengan kanada untuk memproduksi bom atom berkuatan uranium 235. Proyek rahasia ini dinamakan Manhattan Project. Pada 7 Agustus 1945, bom itu pun dijatuhkan ke Hiroshima dan menewaskan 150000 orang Jepang yang terdiri atas tentara, sipil, wanita, anak-anak, hingga binatang. Dua hari kemudian, pada 9 agustus 1945, satu neraka nuklir lagi dijatuhkan pesawat pembom AS dari langit Nagasaki. Sekitar 80000 orang tewas seketika dan ratusan ribu terpapar radiasi nuklir akut. Jepang sontak lumpuh dan tak menduga AS membalas sedemikian sadis dan parah. Maka, Kaisar Hirohito pun menyerah dan takluk kepada tentara AS serta Sekutu di seluruh penjuru Pasifik yang dikuasainya.
Para jendral Jepang segera diseret ke mahkamah internasional untuk mempertanggung jawabkan kebiadaban perang yang dilakukan di tanah-tanah pendudukan. Para konspirator penyerang Pearl Harbor dituduh sebagai penjahat perang karena menyerang tanpa menyatakan maklumat perang. Mereka pun dihukum mati.
Namun bagitu, ada pertanyaan menggelitik yang mencuat dari para ahli konspirasi. Bagaimana jika bukan AS yang memenangkan perang dunia? Apakah pemimpin dan jenderal-jenderal AS juga akan diseret ke mahkamah internasional sebagai penjahat perang karena membombardir Hiroshima dan Nagasaki tanpa diserta maklumat sebelumnya? sama seperti tindakan armada Jepang yang memborbadir Pearl Harbor tanpa maklumat perang. Serangan ke Pearl Harbor ditujukan untuk melumpuhkan tentara dan persenjataan AS, walaupun kenyataanya membawa dampak korban orang sipil yang berada di sekitar wilayah tersebut. Bagaimana dengan serangan bom nuklir AS yang justru sengaja dilakukan untuk membunuh penduduk dan infrastruktur sipil Jepang? Sekitar 2403 korban jiwa nyawa AS yang lebih banyak merupakan tentara, dibalas dengan hilangnya 230000 nyawa, yang sebagian besar adalah rakyat sipil Jepang. Itu belum terhitung korban radiasi nuklir yang hingga saat ini masih membekas pada warga Hiroshima dan Nagasaki. Lalu, jika AS bukan pemenang perang, apakah mereka juga akan disebut penjahat perang?
Ledakan bom atom Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan)
0 comments:
Post a Comment