Sudah tak terhitung orang memperkosa karena pengaruh film-film porno. Ratusan media pernah memberitakan anak-anak yang membunuh, karena dipengaruhi tontonan aksi brutal di televisi dan media-media lain yang memanfaatkan fungsi monitor.
Di televisi, jutaan orang terprovokasi dengan berita-berita penuh hasutan. Tanpa pernah bisa dihukum, televisi kini dimanfaatkan menjadi alat provokasi paling massif di muka bumi. Mereka yang ingin menciptakan kekacauan psikologis, kerakusan, menciptakan perilaku matrealistis, dan konsumtif. Singkatnya, untuk mendikte otak manusia cukup dengan satu alat, yaitu televisi! Daya rusaknya lebih hebat dibandingkan bom atom.
Tanpa kita sadari bahwa otak bawah sadar kita tidak akan bisa membedakan antara fiksi dan fakta setiap kali kita menonton televisi atau media lain. Coba saja bayangkan, mengapa Anda merasa begitu ketakutan ketika melihat film horor, padahal alam sadar Anda sangat mengetahui bahwa itu hanya fiksi. Itu karena alam bawah sadar anda tidak bisa membedakannya. Alam bawah sadar akan berasumsi bahwa apa yang tampak oleh penglihatan yang ditransmisi ke otak bawah sadar anda adalah benar adanya. Mengapa Anda menitikan air mata ketika melihat adegan dramatis? Itu karena otak bawah sadar anda secara nyata merasakan kesedihan yang di lihat oleh mata. Kesimpulannya, gelombang televisi telah memprovokasi alam bawah sadar anda untuk merasakan apa yang diinginkan oleh mereka. Proses ini sama saja dengan program pencucian otak yang dilegalkan.
Ketika kita duduk di hadapan seorang guru atau penceramah selama beberapa jam maka pemikiran dan perilaku kita akan terpengaruh dengan apa yang kita dengar dan lihat dari ucapan dan gerak-gerik si penutur. Dan bayangkan apa yang bisa terjadi pada anak-anak saat berada di depan televisi selama 5-6 jam tiap harinya. Itu sama saja memberikan pencucian otak anak-anak selama berjam-jam. Dampaknya, presepsi anak akan terbentuk sejak dini dan akan terbawa hingga masa dewasanya. Secara psikologis, persepsi akan membentuk sikap yang selanjutnya menjadi dasar terjadinya perilaku dan perbuatan. Jika para konspirator media itu menginginkan anak-anak anda menjadi konsumtif, jadi jangan heran ketika melihat banyak orang yang tak berdaya karena tuntutan anak-anak mereka sesuai dengan yang mereka lihat di televisi berjam-jam setiap hari. Jika keterbukaan aurat menjadi sangat ditoleransi belakangan ini, semua tak terlepas dari peranan televisi yang begitu gandrung mempertontonkan paha dan belahan dada setiap hari. Itu semua karena alam bawah sadar tidak bisa membedakan antara fakta dan fiksi.
Tv mampu mengubah gelombang otak manusia. Ketika perang dunia II berakhir, banyak tentara AS yang kehilangan medan pertempuran sehingga perlahan-lahan nyali mereka menjadi tidak terlatih.mucul perasaan sensitif terhadap kekerasan. Untuk mengembalikan nyali para serdadu untuk membunuh, mereka kemudian dilatih untuk terbiasa kembali dengan kekerasan. Metodenya sederhana, cukup menonton film-film kekerasan penuh darah. Tidak butuh waktu lama bagi tentara itu untuk saling bersorak ketika menyaksikan musuh-musuh dalam film meregang nyawa. Artinya, mereka sangat menikmati melihat sambaran peluru, sabetan golok, atau melihat tubuh musuh hancur lebur terkena granat. Televisi telah mengembalikan sisi buas pada diri tentara itu. Bayangkan apa yang bisa dilakukan anak-anak kita ketika otak bawah sadar mereka sudah tak dapat lagi membedakan yang hitam dari yang putih, atau yang salah dari yang benar.
Di televisi, jutaan orang terprovokasi dengan berita-berita penuh hasutan. Tanpa pernah bisa dihukum, televisi kini dimanfaatkan menjadi alat provokasi paling massif di muka bumi. Mereka yang ingin menciptakan kekacauan psikologis, kerakusan, menciptakan perilaku matrealistis, dan konsumtif. Singkatnya, untuk mendikte otak manusia cukup dengan satu alat, yaitu televisi! Daya rusaknya lebih hebat dibandingkan bom atom.
Tanpa kita sadari bahwa otak bawah sadar kita tidak akan bisa membedakan antara fiksi dan fakta setiap kali kita menonton televisi atau media lain. Coba saja bayangkan, mengapa Anda merasa begitu ketakutan ketika melihat film horor, padahal alam sadar Anda sangat mengetahui bahwa itu hanya fiksi. Itu karena alam bawah sadar anda tidak bisa membedakannya. Alam bawah sadar akan berasumsi bahwa apa yang tampak oleh penglihatan yang ditransmisi ke otak bawah sadar anda adalah benar adanya. Mengapa Anda menitikan air mata ketika melihat adegan dramatis? Itu karena otak bawah sadar anda secara nyata merasakan kesedihan yang di lihat oleh mata. Kesimpulannya, gelombang televisi telah memprovokasi alam bawah sadar anda untuk merasakan apa yang diinginkan oleh mereka. Proses ini sama saja dengan program pencucian otak yang dilegalkan.
Ketika kita duduk di hadapan seorang guru atau penceramah selama beberapa jam maka pemikiran dan perilaku kita akan terpengaruh dengan apa yang kita dengar dan lihat dari ucapan dan gerak-gerik si penutur. Dan bayangkan apa yang bisa terjadi pada anak-anak saat berada di depan televisi selama 5-6 jam tiap harinya. Itu sama saja memberikan pencucian otak anak-anak selama berjam-jam. Dampaknya, presepsi anak akan terbentuk sejak dini dan akan terbawa hingga masa dewasanya. Secara psikologis, persepsi akan membentuk sikap yang selanjutnya menjadi dasar terjadinya perilaku dan perbuatan. Jika para konspirator media itu menginginkan anak-anak anda menjadi konsumtif, jadi jangan heran ketika melihat banyak orang yang tak berdaya karena tuntutan anak-anak mereka sesuai dengan yang mereka lihat di televisi berjam-jam setiap hari. Jika keterbukaan aurat menjadi sangat ditoleransi belakangan ini, semua tak terlepas dari peranan televisi yang begitu gandrung mempertontonkan paha dan belahan dada setiap hari. Itu semua karena alam bawah sadar tidak bisa membedakan antara fakta dan fiksi.
Tv mampu mengubah gelombang otak manusia. Ketika perang dunia II berakhir, banyak tentara AS yang kehilangan medan pertempuran sehingga perlahan-lahan nyali mereka menjadi tidak terlatih.mucul perasaan sensitif terhadap kekerasan. Untuk mengembalikan nyali para serdadu untuk membunuh, mereka kemudian dilatih untuk terbiasa kembali dengan kekerasan. Metodenya sederhana, cukup menonton film-film kekerasan penuh darah. Tidak butuh waktu lama bagi tentara itu untuk saling bersorak ketika menyaksikan musuh-musuh dalam film meregang nyawa. Artinya, mereka sangat menikmati melihat sambaran peluru, sabetan golok, atau melihat tubuh musuh hancur lebur terkena granat. Televisi telah mengembalikan sisi buas pada diri tentara itu. Bayangkan apa yang bisa dilakukan anak-anak kita ketika otak bawah sadar mereka sudah tak dapat lagi membedakan yang hitam dari yang putih, atau yang salah dari yang benar.
1 comments:
Live Chat Ayam PW
BakarAyam
178.128.118.38
Situs Poker Online Uang Asli
Situs Judi Online Uang Asli
Post a Comment